Mungkin bisa berkaca dari media tivi yang memberitakan mengenai sosok pahlawan nasional yaitu Ismail Marzuki yang sudah membuat 200 karya musik yang sampai sekarang tetap dinyanyikan, dan diabadikan dengan gedung teater Taman Ismail Marzuki. Sangat membanggakan tentunya, terutama buat keluarganya... Atau sosok perempuan anak tukang becak yang berhasil menempuh S2 di perguruan tinggi di Eropa dengan beasiswa dari pemerintah dengan hasil cumlaude. Atau seorang bripka dari kepolisian Indonesia yang bisa menjadi leader pada saat tugas di Afrika untuk PBB, memimpin beberapa jenderal dari negara lain. Dan menurutnya pilihan baik itu hanya dua yaitu membuat bangga keluarga atau tidak membuat malu keluarga. Saya setuju sekali, dan sangat terkesan... Ya, memang kita harus bisa membuat bangga keluarga, tapi itu tidak mudah. Kalau tidak berhasil atau merasa susah, maka hal minimalnya adalah dengan tidak berbuat hal negatif atau hal yang kurantg baik, seperti membolos sekolah, melanggar aturan, atau berlaku tidak sopan. Maka hal memalukan diri sendiri dan memalukan keluarga itu bisa dicegah. Jadi berusaha kembali lebih baik, misalnya yang tadinya dicap guru malas, tapi berani masuk organisasi dan berusaha keras untuk rajin di sekolah maupun ekskkul saya yakin bisa membuat teman dan guru respek terhadap daya juangmu, dan stigma malas pun bisa hilang... Karena membangun kepercayaan itu tidak mudah!
Jadi mari dengan momentum hari Pahlawan ini, walau banyak kegagalan dari berbagai lomba yang diikuti, termasuk lomba iklan yang diikuti dan diumumkan pas pada hari pahlawan kemarin tidak membuat surut semangat juang. Karena waktu dan kesempatan lain akan tiba. Jadi berusaha menganalisa diri, memperbaiki kekurangan, belajar terus untuk mencapai kesempurnaan dalam berkarya. Semangart!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar